Cheers!

Hari yang membosankan menjadi begitu menyenangkan saat kita bisa melarikan diri sejenak dari segala aktifitas, walau hanya sekejab, dan yang terpikirkan, tentang hal yang jauh lebih menyenangkan dari kenyataan yang ada selama ini :)

Jumat, 24 September 2010

ICE CREAM :)

Angin bertiup cukup kencang. Perlahan daun yang kering jatuh dari dahannya. Jojo berhenti. Mendongak keatasnya dimana pohon dengan daun yang sebagian menguning tertiup angin bak menari dengan indahnya. Perjalanan kesekolahnya memang menyenangkan, sepanjang jalan, pohon yang amat rindang mengiringi langkahnya, bahkan bernyanyi dengan irama lembut saat angin menggoyang daun dan dahannya. Gadis muda itu menarik nafas panjang, menghirup lama dan jauh kedalam dadanya udara yang begitu bersih pagi itu ”hmmmm” tak ada hal yang lebih indah selain menikmati alam yang amat bersahabat kini, bahkan melebihi apapun, mengingat ia mungkin tidak memiliki banyak sekali yang berharga, selain dirinya, dan alam disekitarnya.


Laporan lalu lintas, jalan-jalan utama kota padat merayap, beberapa kendaraan melintas bahkan dengan kecepatan tinggi. Hujan baru turun tadi, hanya sebentar, tapi cukup deras, sehingga meninggalkan genangan-genangan air yang cukup dalam ditepi-tepi jalan. Dengan begitu santainya Jojo melenggang disepanjang trotoar kearah restorannya, saat yang begitu tenang, udara tidak terlalu panas, juga tidak terlalu dingin, benar-benar menyenangkan, tapi, baru saja berkedip sebuah sedan sporty melintas cepat disampingnya menimbulkan cipratan lumpur cukup keras kearahnya, hampir saja benar-benar mengenainya seandainya ia tidak berhenti dan mundur selangkah dengan cepat segera
“aduh! hei hati-hati donk jalannya!” serunya kesal. JoJo melipat wajahnya kecut, diangkat sepatunya yang sedikit terkena cipratan lumpur
“aduh sepatuku, dasar orang bodoh!” serunya kembali keras saat kendaraan sudah cukup jauh, hanya berniat menumpahkan kekesalannya yang begitu besar.
Tapi, tiba-tiba kendaraan itu mengerem dengan cepat “Chiiit” dan berhenti beberapa langkah didepannya, JoJo terdiam, kedua matanya membesar, apa orang itu mendengarnya tadi? Tapi mana mungkin, gentarnya dalam hati sambil menelan ludahnya bulat-bulat, gawat, pikirnya, orang kaya itu semuanya sombong dan tidak tahu diri, bisa-bisa ia diminta ganti rugi karena mengatainya bodoh tadi, bisa jadi masalah besar, harga kendaran itu saja mahalnya bukan main! Serunya dalam hati. Ditegakkan berdirinya saat kendaraan mewah itu perlahan mundur kearahnya
“aduh, kenapa mundur, maju terus sana, yang benar saja masach dengar sich”
Deru mesin kendaraan import itu hampir tak terdengar, benar-benar mulus.  Jojo tak berani bergerak, ia paling takut sama yang namanya orang kaya, mereka semua sadis dan tidak berperasaan, berharap saja bukan karena dirinya, orang itu memutuskan berhenti, walau ia berteriak tadi tapi kalau sampai menimbulkan masalah, itu akan amat merepotkan. Ditelan kembali ludahnya bulat-bulat
“euch”
Setelah ditunggu dengan perasaan berdebar-debar, jendela perlahan diturunkan, ternyata hanya seorang pemuda seusianya, begitu tampan, dengan sunglass berwarna coklat yang segera dilepasnya, sepasang matanya yang indah memandang JoJo tajam, ia West yang seperti biasa minim ekspresif.
“mengatakan orang bodoh, seenaknya saja” gerutu West gemas, cukup lama juga Jojo tertegun ditempatnya dengan mata membesar, benar-benar pemandangan yang begitu indah
“wah pangeran” baru ingat, waktu kerjanya sudah mulai sejak tadi, ia harus bergegas. Bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa JoJo melanjutkan langkahnya, namun baru satu langkah
“hei tadi bilang apa!? mau kabur yah!” seru West keras, JoJo menoleh perlahan, semua tulang lehernya enggan berkompromi, sulit sekali digerakkan
“eh a apa? eh” ditunjukkan telunjuk kemukanya “eh a aku?”
West makin geram melihat tingkah bodoh JoJo, dibuka pintu kendaraannya dan melangkah keluar
“aduh gak usah keluar” gumam JoJo dalam hati, sosok pemuda itu begitu tinggi, bahkan JoJo perlu mendongak untuk melihatnya, ia harum, tapi bukan bau parfum atau semacamnya, lebih seperti bau permen strawberry yang manis, JoJo seketika merasa tenang berada didekatnya. Namun ia segera tersadar dan dengan cepat mundur kembali, otaknya mulai berpikir jernih, boleh saja cowok keren didepannya begitu tampan dan sempurna baik dari cara berpakaian dan tingkah lakunya, tapi ia seperti anak harimau, suaranya saja membuat bulu kuduknya berdiri, dengan wajah bodoh Jojo membela diri
“eh ka kalau jalan lihat-lihat donk, ini khan ada genangan air, ka kalau cipratannya kena badanku semua bagaimana? Mentang-mentang punya mobil lalu hebat? Lihat sepatuku kotor semua”
West menurunkan pandangannya kebawah kaki JoJo, karena malu, JoJo berusaha menyembunyikan kakinya dibalik celana panjangnya yang juga sedikit kena Lumpur, mula-mula ekspresi wajahnya tadi seolah ingin menerjang JoJo hingga jatuh, tapi, setelah menegakkan kepalanya kembali, dan melihat ekspresi wajah Jojo yang bodoh, emosinya tiba-tiba mereda dengan sendirinya
“e a aku gantikan sepatunya, memangnya butuh berapa sich” dengan angkuhdikeluarkan dompetnya, ukuran dompetnya boleh sama dengan milik Jojo, tapi jumlah kartu debet dan lembaran uang didalamnya, gadis itu sampai tak berkedip melihatnya. Jojo mengerutkan dahinya dalam, ia memang begitu mencintai uang, tapi dengan cara seperti itu ia jadi berpikir cowok keren dan cakep dan wangi dan juga tajir didepannya sudah menghinanya, dengan segera ia lalu bertolak pergi tanpa bicara apa-apa. Saat mengangkat wajahnya West baru sadar cewek tadi sudah melenggok pergi
“eh hei!” serunya, Jojo terus mengerutu sepanjang jalan
“mentang-mentang orang kaya seenaknya begitu, memangnya kalau punya uang banyak lalu kenapa, pake acara beli mobil import lagi, harganya pasti mahal sekali, pajaknya saja gak kebayang mahalnya, lebih baik uangnya buat makan saja, tapi apa hebatnya, pasti uang orang tuanya, dunia benar-benar tidak adil”
West menyusulnya “eh kau dengar tidak? Kalau memang sepatumu kotor gara-gara cipratan tadi, tidak apa donk aku ganti, eh ..”
“bawa pulang saja uangmu, memangnya yang perlu siapa?” seru Jojo ketus, West akhirnya berhenti mengejar, terdiam ditempatnya, memandang punggung JoJo yang semakin lama semakin menjauh diujung trotoar “hei!!” serunya kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar